Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

TANTE MINA (33)

"Ini untuk kamu semua," kata tante Mina sambil menyodorkan satu piring pisang goreng panas. Nampak anak - anak berebutan untuk membersihkan piring pisang goreng yang terbuat dari bahan kaleng itu. Prang...bunyi piring seng jatuh ke lantai. "Hayi dodo...siapa tadi yang kasih jatuh piring, dimarah tante Mina," ucap Reza sambil berdendang kayak seorang penyanyi top. "Tidak apa - apa, bawa kemari piring itu Fari!. Tunggu ada yang masak saya kasih kamu lagi. Jangan baku rampas," tante Mina bicara perlahan. Anak - anak terus melanjutkan mengunyah pisang goreng dengan lidah bergoyang saking panasnya di lidah. Tante Mina seorang perempuan jomblo yang punya jiwa sosial dan kepedulian yang patut dicontoh. Pekerjaannya sehari - hari hanya ke kebun pada pagi hari dan pulang sebelum waktu Dzuhur tiba. Ia sangat suka memasak terutama makanan pendamping di sore hari. Kelebihannya tante Mina tidak pernah makan sendiri masakannya. Ia suka berbagi pada para tetangga atau me...

NASKUN TENGAH MALAM (32)

Kampungku idolaku. Surganya kuliner. Semua ada di sana. Mulai jajan pasar, sayur, lauk kesukaanku semua ada di sana. Inilah yang menjadi sasaran utama para perantau bila pulang kampung. Istilahnya cuci leher. Daerah lembah dengan iklim yang tidak menentu, kadang kemarau panjang dan terkadang pula hujan tiba tiba turun dalam cuaca yang panas. Dengan kondisi seperti itu daerah ini memang sepintas tidak subur. Namun, Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu tanpa manfaat. Maha Besar Allah dengan berbagai ciptaanNYA. Di daerah panas yang memang menjadi perlintasan garis katulistiwa ini ternyata banyak menyimpan hasil bumi berupa tanaman khas yang masih alami dan tidak sama dengan yang ada di daerah lain. Hasil kebun yang dipasarkan tidak ada yang karbitan. Semua masih asli, masak atau tua dari pohonnya baru dipetik. Sebagai contoh adalah tanaman pisang, baik itu pisang buah (pisang ambon tolare/pisang ambon gunung yang berwarna kuning pekat)  maupun pisang untuk olahan (pisang goreng, pi...

MAKAN PUTU DAN TULA - TULA (31)

Ketika kecil Fari adalah  seorang  anak yang punya karakter berbeda dari saudara - saudaranya yang lain. Ia tidak bisa dikasari dan hanya senang dengan orang yang paham akan sifatnya. Bila ditinggal ibunya bekerja, Fari hanya suka sama om Dede tetangga yang sesungguhnya masih punya pertalian darah keluarga dari orang tua dahulu. Om Dede dan isterinya hanya memiliki seorang anak perempuan  yang kala itu sudah remaja. Sehingga mereka sangat menyayangi Fari. Ibarat Fari adalah anak kandung mereka sendiri. Rumah mereka yang sangat berdekatan membuat Fari merasa kedua rumah yang saling berhadapan itu sebagai satu rumah yang bisa dimasukinya kapan saja tanpa penghalang. Ketika tidur malam, Fari kecil tidur bersama Om Dede kesayangannya. Bangun tidur pun mereka berdua akan sarapan pagi bersama - sama. Kebiasaan di kampung, makan pagi dengan makanan khas Kaili yakni putu beserta tula - tulanya alias sayur berkuah. Mengapa disebut tula - tula? Bila makan putu, maka putu itu akan ...

LAMUNAN INDAH (30)

Setelah Reza sahabatnya memutuskan untuk pulang karena rindu yang tak tertahankan lagi, Fari berusaha tegar dan menguatkan niat awalnya untuk datang ke Karawang.Terbayang wajah ibunya. Terngiang kembali kata kata mereka, para  saudara yang ada di kampung saat ia mau pamit berangkat. "Rapaka pane rara Fari majadi tona, kasia ranga totuamu," kata tante Tini saudara sepupu ibunya (Artinya Fari harus semangat untuk mencapai keberhasilan di kampung orang, kasihan orang tua). Tante Emi yang terkenal dengan wajah sangarnya menyambung, "Ane ri ngata ntona nemo aga potinggulimo ratora. Dopa mokuya manjilimo " (Artinya kalau di kampung orang jangan selalu ingat pulang kampung. Belum apa - apa sudah mau pulang). Semua nasihat itu membuat fari seolah merasa sangat tertekan. Sebenarnya rindu di hatinya juga menggunung. Namun, di sisi lain hatinya ada perasaan takut kalau pulang tanpa hasil. Fari sudah membayangkan wajah - wajah penuh cemohan dari para saudara yang memang terken...

MERANTAU (26)

  "Reza kesini, duduk!" kata ayahnya tegas. "Coba jawab yang benar karena Papa lihat kamu makin malas pergi ke sekolah.. Kalau memang sudah tidak mau sekolah, kamu Papa akan sekolahkan di pulau Jawa. Kebetulan ada pamanmu datang kemarin. Dia menanyakanmu jika ingin ikut ke Jawa". Reza diam dan tertunduk.  Ia belum menjawab apa - apa terhadap tawaran ayahnya itu. Dalam hati Reza mulai berpikir bagaimana kalau ia ikut paman saja ke Jawa Barat. Sekalian saja, karena memang belum pernah ia naik pesawat selama hidupnya. Mungkin di sana lebih enak karena di kota besar. Yah, sepertinya saya akan menjawab yes pada Papa nanti kalau ditanya kembali mengenai hal itu.  Kalau begitu saya akan sampaikan berita baik ini pada Fari dan Rival. Dalam hati Reza mulai semangat. "Nhaa, apa Reza? tidak salah kau ke Jawa"  Suara Fari agak meninggi setelah mendengar informasi dari Reza. "Yang benar Reza. Bisa kira - kira kau tinggal di pondok pesantren? Situasi beda Reza. Di ...

ANAK PERAHU (21)

     "Pakabelo Reza! mosumboli ngena kita, " teriak Fari panik sambil tertawa kecil. " Masya Allah! nadoyo ranga iko Reza," lanjut Rival. "Astagafirullah Reza! hampir mati kita kau bikin," ujar Fari lagi. Reza tersenyum biasa saja melihat reaksi kedua temannya itu. Bagaimana tidak mereka  jadi kacau  tidak karuan seperti itu. Reza berdiri mendadak di tepi perahu kecil itu. Rival dan Fari saat itu sementara konsentrasi mendayung. Kontan saja perahu oleng dan hampir hilang keseimbangan. Untung saja keadaan masih bisa dikendalikan sehingga perahu tidak sampai terbalik. Siang menjelang sore, tiga bocah sahabat itu diam - diam menaiki perahu ayah Reza yang selalu ditambatkan di tepi sungai. Sebenarnya perahu ini hanya digunakan untuk alat transportasi penyebrangan dari sungai barat ke timur dan juga sebaliknya. Siang itu kebetulan saja ayah Reza yang tinggal di  tepi sungai bagian timur punya urusan di daerah barat yang memakan waktu agak lama. Kesempatan itu ...

MUSIM JANGKRIK

  " Hey, jangan lea! baloncat nanti lagi itu kasiaan ," teriak Reza pada Baim. Bocah balita itu nampak sedikit ketakutan mendengar bentakan Reza yang cukup mengagetkannya. Kasihan, ia menutup kembali pintu  umah - rumah jangkrik   milik Reza.  Baim berlari sambil berteriak, "Mama...mama lihat ini kakak Eza, dia tidak kasih jangkriknya" Ibunya yang lagi masak balas berteriak dari dalam rumah. "Reza kau kasih pinjam dulu itu sama  adekmu kasian nak !"  Sepi tidak ada sahutan lagi dari depan. Baim terus merengek pada ibunya. "Reza, Reza! tidak tahu betul jaga adiknya,"  ucap ibu Reza setengah bergumam. Di halaman sebuah rumah besar di samping mesjid Nurul Yaqin, nampak banyak anak - anak berkumpul sambil berteriak riuh. Reza mendekat ingin melihat kegiatan kawan - kawannya. Masing - masing memegang wadah seperti kaleng susu, tempat sabun cream atau sabun colek wings, dan kotak ukuran kecil. Selain itu masih terdapat benda lainnya sebagai pelengkap. ...

PULANG (29)

Bila hati sudah tak suka, mau diapakan lagi. Seribu kali dipaksa pun mungkin tidak akan berhasil. Begitulah kira - kira kondisi hati Reza saat itu. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya pada kegiatan - kegiatan rutin di pondok. Namun, itu hanya ilusi sesaat. Penuh kepalsuan, pura - pura saja. Sekedar jaga image istilah anak - anak sekarang. Yang ada dalam ingatannya hanyalah situasi bebas dan nyaman di kampung nun jauh di sana. Kampung tercinta yang terletak di bantaran sungai Palu. Kampung yang masih alami meski letaknya tidak jauh dari ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Kampung itu sangat terkenal karena namanya. Nama khusus yang berasal dari nama sebuah pohon besar yaitu Nunu.  Pada zaman dahulu, zaman kakek dan nenek buyutnya  para bocil tiga sekawan hidup sebatang pohon besar di pinggir bukit di kampung itu. Namanya adalah Nunu dalam bahasa daerah setempat. Ternyata pohon tersebut adalah pohon Beringin. Dalam naungan pohon yang menjadi salah satu lambang dalam dasar negar...

HOMESICK (28)

 "Tidak  terasa sudah satu bulan saya di sini le,"  kata Reza. "Iya, benar itu Reza. kalau saya belum sampai satu bulan, karena memang kamu yang lebih dulu datang ke sini waktu itu,"  jawab Fari tenang sambil memperhatikan Reza yang memandang lurus ke luar. Entah apa yang dilihatnya. Kelihatan hari itu perasaan ingat rumah sendiri sudah mulai menyelimutu hati anak perantau dadakan ini. "Siapa suruh datang di Jawa, siapa suruh datang di Jawa, sendiri suka sendiri rasa adoh eh sayang!"  Fari bernyanyi menghibur hati sendiri dengan berpura - pura menyanyi. "Tidak suka saya di sini Fari! saya mau tinggal dengan paman saja di rumahnya. Biar sekolah saja saya di pondok ini," kata Reza lagi. Fari hanya terdiam dan terlihat ikut berpikir juga tentang kondisi yang harus mereka hadapi. Rekan sesama anak pondok banyak yang tidak sepaham dengan mereka berdua. Latar belakang yang berbeda - beda satu dengan yang lain, tentu saja membutuhkan adaptasi yang cukup...

DI PONDOK (27)

   Keinginan Fari untuk ikut bersama Reza pun terkabul. Setelah mengadakan persiapan dana khususnya, akhirnya ia tetap diberangkatkan ke Jawa. "Biarlah aku berkorban bagaimana pun caranya. Yang penting anakku sekolah dan bisa jadi orang yang berguna" Ibunya sangat menyayangi Fari karena ia anak lelaki terkecil dari empat bersaudara. Perilakunya memang agak lain dari saudara  - saudaranya. Tidak bisa kasar bila menghadapi Fari. Alangkah girangnya Reza melihat Fari datang menyusulnya di pesantren. Tempat baru yang sungguh masi asing bagi mereka berdua. Asing dalam segala hal. Mulai tidur, makan, mandi dan aktivitas pesantren lainnya semua sangat baru bagi mereka yang berasal dari dunia bebas di kampung sendiri. Sehari dua hari mereka berdua masih girang. Masa adaptasi bagi seorang anak remaja seperti mereka pada awalnya nampak biasa saja. Entahlah pada minggu - minggu berikutnya. Biasanya, setelah kurang lebih satu bulan, ketahanan mental mulai diuji oleh keadaan yang sesun...

KERIKIL PENGHALANG (25)

"Ayo Fari bangun! matahari sudah tinggi. Mau sekolah tidak kamu?" Ibunya membangunkan Fari sambil mengguncang badannya yang masih terbungkus sarung itu. Fari hanya menjawab pelan, "Malas saya ke sekolah hari ini"   Ibu Fari tambah kesal melihat anaknya mandek sekolah seperti iti. "Kemarin malas hari ini malas lagi. Kapan sekolah yang benar ini? " Setelah masuk SMP, Fari lebih banyak bolosnya daripada hadir di sekolah. Berbagai alasan ia kemukakan pada orang rumah. Misalnya  sudah terlambat, takut dihukum guru BP, belum kerja PR, belum menghafal, dan masih banyak alasan lain yang disampaikan. Kondisi ini membuat orang tua resah dan berpikir terus. Apa sesungguhnya mau anak - anak ini. Di sisi lain pihak sekolah pasti akan menghubungi melalui wali kelas bila siswa tiga hari tanpa kabar berita. Bagaimana aku harus menjawab. Mengatakan sakit, rasanya itu sangat tidak baik karena berbohong. Bukankah bohong yang satu akan menghadirkan bohong berikutnya? Mending...

PINDAH SEKOLAH (23)

  Tanpa terasa tiga bocah sekawan perlahan tapi pasti tumbuh dan berkembang mengikuti usia yang semestinya. Kalau dilihat dari segi fisik, mereka bukan bocah ingusan lagi. Tahun depan insha Allah mereka akan menempuh ujian nasional atau disingkat dengan UN. Di sekolah Madrasah Ibtidaiyah, ujian biasanya dilakukan dua kali. Yang pertama ujian khusus Madrasah dan yang berikutnya ujian mata pelajaran umum sebagaimana di sekolah dasar negeri pada umumnya. Kondisi seperti ini mengharuskan para siswa MI harus belajar ekstra karena jumlah mata pelajaran lebih banyak dan spesifik keagamaan. Mereka butuh waktu belajar yang lebih dan sungguh - sungguh.  Untuk mengatasi keadaan ini sekolah biasanya menyelenggarakan pembelajaran tambahan di luar jam wajib  yang dimulai sejak pagi hari. Kegiatan belajar tambahan ini mengambil waktu usai shalat Zuhur hingga shalat Ashar. Dijadwalkan setiap hari kecuali hari Jum'at. Model pembelajaran  seperti ini tidak asing lagi bagi keluarga Far...

MASUK SMP (24)

    Tahun yang dinanti telah tiba. Pada pertengahan tahun 2011 Reza, Fari, dan Rival berhasil menamatkan sekolah dasar. Satu tahap mendebarkan bagi orang tua berhasil dilewati. Melalui perjuangan panjang dan lumayan melelahkan akhirnya ketiga sahabat ini melenggang lagi ke jenjang sekolah berikutnya. Seperti biasa pendaftaran masuk SMP dibuka ketika anak - anak SD dan MI  telah  menyelesaikan ujian akhirnya dan menunggu pengumuman lulus. Pilihan SMP lumayan banyak di kota tempat tiga sekawan tinggal. Tentunya sekolah yang hendak dipilh harus berdasarkan zona tempat tinggal. Dalam hal ini lokasi sekolah yang terdekat akan menjadi prioritas utama. Rival tetap melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah di kompleks sekolah lama. Reza dan Fari masuk ke Sekolah Menengah Pertama umum yang terdekat. Mulanya Fari ingin mengambil sekolah yang ada Muatan Lokal (Mulok) ketrampilan otomotiv. Namun, pelaksanaan tes masuk saat itu bersamaan jadwalnya. Tentu saja hal ini sangat membatasi ru...

JALAN - JALAN BERSAMA ELENA (22)

  "Cambuk kudanya, supaya kencang larinya!"  teriak Reza. Ia terlihat sangat bersemangat memegang tali kekang kuda. Sore itu Reza dan kedua sahabatnya sedang keliling kampung. Mereka naik dokar milik  Opa Tore. Dari silsilah keluarga beliau sebenarnya  adalah kakek Reza. Umurnya sekitar setengah abad dan masih tahan hidup sendiri alias bujang. Opa Tore dalam kesehariannya menjadi kusir dokar miliknya sendiri. Kuda penarik dokar yang cukup kekar diberi nama Elena. Si Elena ini sudah akrab dengan anak - anak yang sering ada di sekitarnya, sehingga kuda ini jinak. Bila namanya dipanggil, maka ia akan meringkik sambil mengangkat kedua kaki depannya. Demikianlah pada suatu sore, dokar ini seperti biasa diparkir di samping kandang Elena. Saat itu  Opa Tore sedang beristirahat di rumah. Beliau akan jalan lagi dengan dokar kesayangannya pada sore hari lepas waktu Ashar. Kesempatan emas ini digunakan lagi oleh bocah tengil yang tidak kenal lelah ini untuk mencoba pengala...

KISAH KATAPEL

   Katapel adalah sebuah alat yang digunakan oleh anak- anak di kampung sebagai salah satu senjata mainan tradisional. Bahan dan cara membuatnya pun masih sangat tradisional. Benda ini bisa dikatakan berukuran sedang terbuat dari ranting kayu  sedang yang cukup kuat. Bentuknya seperti huruf V. Pada masing - masing ujung  huruf   V, diikatkan tali pendek yang terbuat dari bahan yang lentur seperti karet. Bisa juga menggunakan karet gelang sampai beberapa helai atau juga potongan kecil bekas ucus sepeda yang dibentuk sesuai selera ideal pada umumnya, sehingga bisa lentur ditarik ketika digunakan. Cara menggunakannya adalah dengan cara menjepit batu ukuran kecil (sejenisnya)  menggunakan karet tersebut. Setelah itu ditarik atau direnggangkan lalu dilepas. Tentunya tembakan atau sasaran sudah diarahkan sebelumnya sehingga  batu kecil yang dijepit itu  akan  melayang ke arah  sasaran yang dimaksud. Katapel sering digunakan untuk menembak...

LAKON BUAYA

  Selama beberapa malam berturut turut dalam minggu ini terlihat banyak orang yang punya agenda baru di kampung  tempat  tinggal para bocil "tiga sekawan". Para tetangga di sekitar rumah Fari setiap pagi sibuk membicarakan tentang pemunculan buaya di sungai. Ooh...rupanya itu yang menjadi alasan kenapa banyak orang berbondong - bondong  jalan ke sungai meski malam hari. Beberapa ekor buaya yang besar sering muncul dan merapat di tepi sungai Palu. Mungkin saja buaya buaya itu merasa lapar sehingga menyembul ke permukaan sungai, bahkan berani tampil di tengah sungai yang tidak ada airnya. Hal itu sering  terjadi menjelang waktu Magrib saat matahari sudah condong ke barat. Bukan hanya satu ekor buaya yang muncul. Menurut berita terpercaya dari anak anak, buaya itu berjumlah tiga ekor. Ada yang hitam, kuning, dan putih. Seperti warna balon saja. Menyikapi hal ini, beberapa orang mengambil inisiatif. Mereka menyediakan hidangan buat tuan buaya yang kerap mejeng di ...

GAGAL TESTIMONi

     Hari beikutnya sesuai janji tentu saja Rival akan menyampaikan berita yang dinantikan ini pada kedua sahabatnya Reza dan Fari. " Iyo betul itu Rival? Jangan kau main - main," kata Reza pada Rival yang bercerita serius. " Iyoo , tidak percaya betul kamuorang ini," sahut Rival sedikit kencang. "Iya sudah kita percaya dengan kabar yang kau cerita itu Rival. Pokoknya siap - siap memang kita, jangan sampai ketinggalan lagi," timpal Fari menengahi kesengitan antara Rival dan Reza. Malam yang dinanti tiba. Tiga bocil  persiapan. Dalam artian semua tugas rumah dikerjakan dengan baik. Main jangan sampai terlalu sore dan shalat berjamaah plus mengaji dilakukan dengan baik. Jangan banyak main agar tidak membuat kesalahan yang berakibat tidak keluarnya surat izin melancong ke tepi sungai. Demikianlah siasat anak - anak kalau lagi ada maunya, istilahnya  mengambil hati  orang tua agar hajat terlaksana Malam itu usai shalat Isya dan makan malam di rumah masing -...

UJI NYALI (2)

  Seperti biasa dalam suasana kampung yang masih asli, dimana penduduknya belum banyak  bercampur dengan para pendatang, acara kongko kongko alias nolibu sering dilakukan terutama setelah shalat Isya. Masyarakat yang agamis namun belum bisa  terlepas dari kebiasaan para orang tua dahulu. Kepercayaan akan adanya kekuatan gaib yang melekat pada para pendahulu memang masih dipegang erat. Sebenarnya penerus anu ntotua ini  tidak banyak lagi jumlahnya.  Namun  demikian tingkat kepercayaan masyarakat masih sangat kuat akan hal itu.  Bila hendak turun melakukan sebuah pertandingan, misalnya pertandingan  bola antar kampung, maka ritual pelepasan itu selalu ada. Acara itu dipimpin oleh mereka yang dianggap masih menjadi penerus anu ntotua tadi. Believe or no t hal iti memang selalu dilakuka. Pada suatu malam, di teras rumah Rival ada beberapa orang bapak - bapak muda  yang berkumpul notangara .  Dari dalam Rival memasang kuping sambil menonto...

UJI NYALI (1)

     Kesempatan kumpul kembali bersama setelah masa tahanan rumah   untuk Reza tidak disia siakan oleh tiga sekawan.  Perbincangan terlihat mulai seru. Mimik mereka menunjukan bahwa isi diskusi itu seru. Nampak Reza yang jadi pembicara utama. Dua temannya serius memperhatikan.  Dari hasil wawancara dan diskusi tidak resmi dalam kelas itu, terbuka tabir mengapa Reza sempat menghilang malam itu. Apa sebenarnya yang dicari hingga rela menginap di tepi sungai seoran diri. Hih...cek punya cek ternyata Reza mengikuti orang yang hendak UK UK alias uji nyali di tepi sungai malam itu. Dia tidak langsung pulang ke rumah nenek Sadiyah karena bertemu rombongan yang hanya berjumlah tidak lebih dari lima orang itu di jalan. Sesampai di tepi sungai Reza tidak mampu menunggu prosesi uji nyali yang mereka lakukan. Rasa kantuk menyergapnya hingga ia masuk ke dalam warung yang memang tidak terkunci saat itu. Rombongan uji nyali tidak mampu melanjutkan uji keberaniannya malam ...

IDE RAHASIA

     Seusai apel pagi bersama,  kepala sekolah  lanjut  memberikan pengarahan kepada para siswa terutama perihal kedisiplinan dalam segala hal. Ucapan selamat datang ditujukan pada para siswa baru yang sebagian besar didampingi oleh orang tuanya masing - masing. Fari dan Rival yang memang satu kelas berbaris lebih dahulu bersama anak - anak yang lain di depan kelas baru mareka, kelas IVB. Ibu Wirda guru Matematika yang sekaligus wali kelas ini mengabsen siswanya satu persatu dan menyuruh masuk kelas. Giliran nama Reza yang dipanggil, orangnya tidak ada. "Ada yang tahu kenapa Reza?" tanya Bu Wirda. "Tidak ada bu," jawab beberapa anak. "Alpa berarti," kata Bu Wirda sambil menutup absen dan langsung mengarahkan perwaliannya dalam hal mengatur tempat duduk. Kurang lebih 30 menit berselang Reza datang diantar oleh ayahnya. Nampak ayah Reza berbicara dengan ibu Wirda di teras kelas. Mungkin menjelaskan kenapa Reza datang terlambat pagi itu. Tanpa menunggu lama R...

MASUK SEKOLAH

     Semenjak  kejadian itu, Reza belum diizinkan oleh kedua orang tuanya untuk bermain. Untuk sementara Reza hanya boleh menemani ayahnya bekerja di rumah. Peristiwa menegangkan hampir semalam di tepi sungai tidak akan pernah luput dari ingatan mereka semua. Apalagi sang nenek, beliau kerap mengulang ulang drama mendebarkan yang berlangsung kira - kira seminggu yang lalu itu. Biarlah Reza untuk sementara dekat sama kedua orangn tuanya agar bisa diawasi, pikir nenek Sadiyah. Tidak terasa libur sekolah hampir usai. Tinggal beberapa hari lagi mereka akan masuk sekolah seperti biasa. Aktivitas bermain pun bagi anak - anak sedikit dikurangi. Orang tua agak membatasi karena biasanya kalau kelamaan libur sekolah seperti ini, rasa malas masih ikut terbawa  hingga sekolah. Usai shalat berjamaah di masjid,  Rival dan Fari langsung pulang ke rumah masing - masing. Apalagi Reza juga kan masih dalam tahap karantina rumah. Memang hewan apa? Pake istilah karantina segala...

TERSIBAK (1)

 Pagi menjelang, cahaya kemerahan yang lembut mulai tersirat di langit timur sungai Palu. Misteri hilangnya Reza belum terjawab. Hampir semalam mereka  berada di tepi sungai. Di wajah tim pencari bocah hilang tergurat rasa ngantuk dan lelah. Sendu dan pucat yang terpancar dari wajah mereka  sungguh  melemahkan semangat pencarian. Kemana gerangan Reza? Nenek Sadiyah mulai menunjukkan kegelisahan yang tidak bisa dilukiskan dengan sepatah atau dua kata. Apa yang akan dikatakannya pada ayah Reza. Kemarahan ayah Reza sudah terbayang jelas di pelupuk matanya. Apalagi Ardi ayah Reza punya sifat yang agak  tempramen . Bagaimana pula reaksi ibu Reza? Tentu dirinya akan dianggap tidak bisa menjaga Reza. Apalagi ini baru semalam dititip, kok bisa menghilang? Pikiran nenek Sadiyah bercampur aduk tidak karuan. Dia duduk menatap lurus ke arah sungai yang kejernihannya mulai nampak. Di pagi hari memang air sungai masih asri dan bersih karena belum banyak yang beraktivitas di s...

NIHIL

  Setelah menyorotkan cahaya senter ke sekeliling dalam dan luar warung, Ayah Rival yang sering dipanggil dengan 'Tata' belum menemukan tanda ada orang lain di sekitar itu selain mereka. Lalu, yang didengar Fari tadi apa? Khayalan atau memang sebuah bisikan gaib? Tanda tanya besar untuk semua ini. Dengan harapan apa yang didengar Fari tadi adalah dengkuran Reza, nenek Sadiyah terus memanggil nama Reza. Suaranya memecah keheningan yang menyelimuti saat itu. Di tepi sungai, tengah malam  hingga menjelang Subuh seperti ini, siapa yang mau sebenarnya. Mending tidur di rumah. Kasur empuk dan peluk bantal sambil pakai buya (baca:sarung). Di k ejauhan terdengar ayam jago sudah mulai berkokok tanda Subuh menjelang. Deru sungai makin jelas merekam semua aktivitas mereka sejak beberapa jam yang lalu. Sementara target pencarian masih nihil. "Buuug, byurrr...terdengar dari arah bawah sungai. Suara apa itu? Semua menoleh dan saling memandang tanpa suara dalam keremangan Subuh. Ada yang...

SOSOK BAYANGAN (2)

    Tim pencari keberadaan Reza terus bergerak menghampiri bayangan yang dimaksud. Satu, dua, tiga hap! Mereka memastikan obyek yang nampak berwarna hitam dan sedang duduk. "Reza, iko mo?" (Reza, kamu itu?) Nenek Sadiyah merapat diikuti oleh ayah Rival dan beberapa yang lain. Semakin dekat semakin jelas. Disentuh. Ternyata itu adalah karung berisi sesuatu yang disandar di pinggir sungai dekat batu yang biasanya dipakai duduk. "Astaga!"  ucap Fari sedikit kecewa. Ini makanan kuda papa Syawal, biasa memang ditaruh di sini. Yang lain pun ikut loyo dengan drama pencarian yang penuh harap tadi. Rupanya Reza tidak ada. Sambil memutar akal mereka istirahat dulu di bangku - bangku milik tante Patoma yang biasa jualan kopi di tepi sungai siang hingga sore hari. "Berimbamo hii, ledo ria Reza nikava nabobayamo," kata nenek Sadiyah dalam bahasa Kaili. Artinya "Bagaimana ini, Reza tidak ditemukan sementara sudah menjelang Subuh." Memang saat itu waktu menunju...