Langsung ke konten utama

TERSIBAK (1)




 Pagi menjelang, cahaya kemerahan yang lembut mulai tersirat di langit timur sungai Palu. Misteri hilangnya Reza belum terjawab. Hampir semalam mereka  berada di tepi sungai. Di wajah tim pencari bocah hilang tergurat rasa ngantuk dan lelah. Sendu dan pucat yang terpancar dari wajah mereka  sungguh  melemahkan semangat pencarian. Kemana gerangan Reza?

Nenek Sadiyah mulai menunjukkan kegelisahan yang tidak bisa dilukiskan dengan sepatah atau dua kata. Apa yang akan dikatakannya pada ayah Reza. Kemarahan ayah Reza sudah terbayang jelas di pelupuk matanya. Apalagi Ardi ayah Reza punya sifat yang agak  tempramen. Bagaimana pula reaksi ibu Reza? Tentu dirinya akan dianggap tidak bisa menjaga Reza. Apalagi ini baru semalam dititip, kok bisa menghilang? Pikiran nenek Sadiyah bercampur aduk tidak karuan. Dia duduk menatap lurus ke arah sungai yang kejernihannya mulai nampak. Di pagi hari memang air sungai masih asri dan bersih karena belum banyak yang beraktivitas di situ.

Sehari -harinya penduduk kampung menggunakan sungai untuk berbagai aktivitas sehari - hari. Untuk yang masih tradisional, mereka masih sering mandi dan buang hajat sekalian di air sungai yang deras. Ternak juga biasa dimandikan dan minum dengan puas di sungai ini. Untuk yang mencuci pakaian pun sering menggunakan sungai sekaligus menjemur di tepian yang banyak batu kerikil. Apalagi di tepi sungai biasanya banyak orang yang singgah minum kopi di warung tante Patoma. Jadi, meski masih tradisional namun asyik dalam balutan kampung yang masih sederhana.

Sekitar jam 07.00 pagi, tante Patoma terlihat berjalan menuju tepi sungai dengan tas jinjingan yang penuh dengan bahan jualan di warung hari itu. Sambil meletakan tas di tanah, tante Patoma merogoh kantongnya. "Dimana kunci warung ya, jangan -jangan sudah jatuh di jalan" Tante Patoma terus mencari kunci warung dengan mengaduk aduk tas bembeng yang tergantung di pundaknya. Rupanya kunci tidak ditemukan. Tante Patoma berjalan ke arah pintu belakang warung untuk melihat barangkali kuncinya tertinggal kemarin sore.

"Tabuka pintu ini, siapa yang masuk?" Tante Patoma berbicara keras membuat nenek Sadiyah dan ponakannya yang lain mencoba melihat ada apa dengan pintu warung belakang itu. Akan tetapi pintu itu sama sekali tidak rusak. Terlihat jelas semua tetap pada tempatnya. Mereka semua masuk ke dalam untuk melihat. Kunci dengan gembok tergeletak di meja dapur. Seperti sengaja diletakkan di situ. Nenek Sadiyah tidak tinggal diam. Dia mulai memeriksa sekeliling. Ada ujung kain yang menjulur  dari bangku di belakang lemari. Mencoba mendekat dan memeriksa, ternyata ada 'orang lagi tidur di situ.

 Salam Literasi

Astuti, S.Pd, M.Pd

SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...