Langsung ke konten utama

PULANG (29)

Bila hati sudah tak suka, mau diapakan lagi. Seribu kali dipaksa pun mungkin tidak akan berhasil. Begitulah kira - kira kondisi hati Reza saat itu. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya pada kegiatan - kegiatan rutin di pondok. Namun, itu hanya ilusi sesaat. Penuh kepalsuan, pura - pura saja. Sekedar jaga image istilah anak - anak sekarang.

Yang ada dalam ingatannya hanyalah situasi bebas dan nyaman di kampung nun jauh di sana. Kampung tercinta yang terletak di bantaran sungai Palu. Kampung yang masih alami meski letaknya tidak jauh dari ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Kampung itu sangat terkenal karena namanya. Nama khusus yang berasal dari nama sebuah pohon besar yaitu Nunu. 

Pada zaman dahulu, zaman kakek dan nenek buyutnya  para bocil tiga sekawan hidup sebatang pohon besar di pinggir bukit di kampung itu. Namanya adalah Nunu dalam bahasa daerah setempat. Ternyata pohon tersebut adalah pohon Beringin. Dalam naungan pohon yang menjadi salah satu lambang dalam dasar negara kita Pancasila, masyarakatnya hidup dalam ikatan kekeluargaan yang masih kental. Itulah mengapa masyarakat kampung Nunu berasal dari satu turunan. Mereka melanjutkan keturunan dan generasi penerus dengan cara mengawinkan anak - anak dari turunan mereka sendiri. sehingga dalam satu kampung itu hampir tidak ada campuran dengan suku lain.

Mungkin kondisi seperti itulah yang membuat orang Nunu tidak banyak yang merantau ke tempat lain. Bila ada yang telah  menetap  di kota lain, maka jumlahnya sangat sedikit. Hanya satu dua orang saja. 

Demikian pulahalnya dengan Reza, ia sudah tidak mampu lagi  untuk bertahan.  Akhirnya Reza meninggalkan pondok menuju rumah pamannya. Ia tidak mau lagi tinggal di pondok. Ia mau pulang, tidak ada alasan lain lagi. Meskipun sudah dibujuk, akan tetapi Reza bersikukuh untuk pulang kampung.

Tidak ada pilihan lain selain "come back alias back to nature."  Reza pulang kampung tanpa beban seperti lagunya Sheila on7.  Sementara Fari sebenarnya sangat terpengaruh dengan kepulangan Reza tersebut. Namun, terbayang lagi cemohan dan cibiran para keluarga yang sudah membekali mereka dengan berbagai nasihat sebelum berangkat beberapa bulan yang lalu. Bila kembali, berarti siap menerima tamparan kata - kata pedas dari paman dan bibi yang semua pandai berbicara. Satu kata untuk Fari yaitu 'bertahan."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...