Langsung ke konten utama

NIHIL

 


Setelah menyorotkan cahaya senter ke sekeliling dalam dan luar warung, Ayah Rival yang sering dipanggil dengan 'Tata' belum menemukan tanda ada orang lain di sekitar itu selain mereka. Lalu, yang didengar Fari tadi apa? Khayalan atau memang sebuah bisikan gaib? Tanda tanya besar untuk semua ini. Dengan harapan apa yang didengar Fari tadi adalah dengkuran Reza, nenek Sadiyah terus memanggil nama Reza. Suaranya memecah keheningan yang menyelimuti saat itu.

Di tepi sungai, tengah malam  hingga menjelang Subuh seperti ini, siapa yang mau sebenarnya. Mending tidur di rumah. Kasur empuk dan peluk bantal sambil pakai buya (baca:sarung). Di kejauhan terdengar ayam jago sudah mulai berkokok tanda Subuh menjelang. Deru sungai makin jelas merekam semua aktivitas mereka sejak beberapa jam yang lalu. Sementara target pencarian masih nihil.

"Buuug, byurrr...terdengar dari arah bawah sungai. Suara apa itu? Semua menoleh dan saling memandang tanpa suara dalam keremangan Subuh. Ada yang jatuh atau yang melompat ke dalam sungai sepertinya. Tapi, apa dan siapa? Mungkinkah itu Reza atau malah penunggu sungai Palu? Mungkinkah  mereka merasa terganggu dengan kehadiran rombongan  yang sedikit rusuh itu?

Nenek Sadiyah mulai bermantra lagi, meminta permisi pada pemilik tempat itu. "Kami di sini bukan untuk mengganggu. Kami hanya datang cari anak kami, tabe (baca:permisi) ," ucap nenek Sadiyah.  Terdengar suara mengaji dari sebuah masjid di seberang sungai timur. Waktu Subuh segera tiba. Kemudian Tata alias Ayah Rival berkata "Saya mau ke masjid dulu, bagaimana kalian semua ikut pulang atau ada yang menunggu di sini sampai pagi?"  Nenek Sadiyah terlihat bingung antara mau pulang dulu atau tetap tinggal di tepi sungai hingga langit sedikit terang. Ia ingin memastikan apakah Reza memang tidak ada di situ? Batinnya berkata kuat bahwa Reza berada tidak jauh dari tempat mereka sekarang berada.

Akhirnya diputuskan Tata dan Fari pulang shalat Subuh dahulu. Setelah itu baru nenek Sadiyah dan yang lainnya pulang untuk Shalat Subuh. Jadi mereka gantian merjaga di tepi sungai hingga pagi hari.

Bersambung

Astuti, S.Pd, M.Pd.

SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...