Langsung ke konten utama

JALAN - JALAN BERSAMA ELENA (22)

 

"Cambuk kudanya, supaya kencang larinya!"  teriak Reza. Ia terlihat sangat bersemangat memegang tali kekang kuda. Sore itu Reza dan kedua sahabatnya sedang keliling kampung. Mereka naik dokar milik  Opa Tore. Dari silsilah keluarga beliau sebenarnya  adalah kakek Reza. Umurnya sekitar setengah abad dan masih tahan hidup sendiri alias bujang.

Opa Tore dalam kesehariannya menjadi kusir dokar miliknya sendiri. Kuda penarik dokar yang cukup kekar diberi nama Elena. Si Elena ini sudah akrab dengan anak - anak yang sering ada di sekitarnya, sehingga kuda ini jinak. Bila namanya dipanggil, maka ia akan meringkik sambil mengangkat kedua kaki depannya.

Demikianlah pada suatu sore, dokar ini seperti biasa diparkir di samping kandang Elena. Saat itu  Opa Tore sedang beristirahat di rumah. Beliau akan jalan lagi dengan dokar kesayangannya pada sore hari lepas waktu Ashar. Kesempatan emas ini digunakan lagi oleh bocah tengil yang tidak kenal lelah ini untuk mencoba pengalaman baru menjadi kusir dokar.

Mungkin kalau minta izin dengan sang pemilik pasti tidak diberi izin. Dengan kenekatan sang Reza, akhirnya kedua temannya ini menurut saja ketika diajak. Pada awalnya Rival memang menolak  karena takut ketahuan. Karena Fari ikut dan terlihat no probelm, mau tidak mau Rival pun turut serta. Sepanjang jalan mereka tertawa. Rupanya Reza sudah sering melihat kakeknya itu bawa dokar. Kenyataannya si bocah tengil rada nekat ini bisa mengendalikan  tali kekang kuda. Si Elena juga tenang - tenang saja berjalan cepat sambil sesekali berlari pelan bila dipecut sedikit.

Ingin juga merasakan bagaimana menjadi kusir dokar, akhirnya Rival dan Fari bergantian memegang tali kekang kuda. "Saya lagi Reza babawa," pinta Fari. "Iyo gantian kamuorang nha? Habis kau, Rival lagi," jawab Reza.  Dengan lagak seorang yang sudah mahir, Reza tetap mengamati dan memberi petunjuk kepada kedua temannya itu. Teman - teman mereka yang melihat berteriak sambil tertawa. "He liat dorang Reza! bakasi jalan dokar Opa Tore. Pintar diorang" Begitulah teman - teman meneriaki mereka yang lewat bagaikan makhluk tanpa dosa di tengah kampung. Saat itu suasana kampung memang agak sepi sehingga hanya anak - anak  saja yang banyak melihat mereka.

Seandainya ada orang tua yang melihat ini, tentu ceritanya akan berbeda lagi. Kemarahan karena cemas pasti akan dilontarkan pada mereka bertiga. Kenapa anak kecil dibiarkan membawa dokar tanpa ada orang tua yang menemani. Takut ketahuan dan sudah hampir waktu Ashar mereka bergegas kembali ke kandang Elena, dimana dokar ini memang biasa diparkir. Untung saja sore itu Opa Tore tidak melihat mereka. Bagaimana jadinya jika si Elena bisa bicara...? Gawat...pasti ketahuan.

 

Keterangan: 

 kamuorang (kalian) 

diorang (mereka)

babawa (membawa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...