Tim pencari keberadaan Reza terus bergerak menghampiri bayangan yang dimaksud. Satu, dua, tiga hap! Mereka memastikan obyek yang nampak berwarna hitam dan sedang duduk. "Reza, iko mo?" (Reza, kamu itu?) Nenek Sadiyah merapat diikuti oleh ayah Rival dan beberapa yang lain. Semakin dekat semakin jelas. Disentuh. Ternyata itu adalah karung berisi sesuatu yang disandar di pinggir sungai dekat batu yang biasanya dipakai duduk.
"Astaga!" ucap Fari sedikit kecewa. Ini makanan kuda papa Syawal, biasa memang ditaruh di sini. Yang lain pun ikut loyo dengan drama pencarian yang penuh harap tadi. Rupanya Reza tidak ada. Sambil memutar akal mereka istirahat dulu di bangku - bangku milik tante Patoma yang biasa jualan kopi di tepi sungai siang hingga sore hari. "Berimbamo hii, ledo ria Reza nikava nabobayamo," kata nenek Sadiyah dalam bahasa Kaili. Artinya "Bagaimana ini, Reza tidak ditemukan sementara sudah menjelang Subuh." Memang saat itu waktu menunjukan hampir jam tiga dini hari.
Warung kopi yang berisi bangku dan meja bagian depannya terbuka dan hanya ditutup dengan selembar tripleks pada pintunya. Dalam suasana bingung ayah Rival mencoba berjalan kesana kemari sambil tetap menyulut rokok. Nenek Sadiyah pun memulai mantra agar Reza jangan disembunyi. Mungkin saja Reza juga memang tidak ada di sini. Yah, namanya saja orang tua, berbagai upaya dilakukan meski terlihat agak mustahil menurut pemikiran anak modern.
Fari terkantuk - kantuk karena dingin dan hembusan angin malam. Dia bersandar di dinding warung tidak jauh dari nenek Sadiyah dan beberapa yang lain yang turut menemani saat itu. Fari tidak kuasa lagi menahan rasa kantuk yang menyerangnya sedari tadi ketika dia mendengar ada suara dengkur di sampingnya. Spontan kaget dan berdiri, bergeser sambil berkata pelan "Ada suara menggerok di situ" Nenek Sadiyah tersentak "Dimana orang menggerok," tanyanya. "Di situ,: Fari menunjuk ke dalam warung.
Ayah Rival langsung sigap dan menyorot senter ke arah depan warung sambil merapat. Tripleks penutup pintu warung digeser perlahan dan mencoba masuk. Nenek Sadiyah, Fari, Emi, dan Tina mengikuti dari belakang sambil memasang telinga dengan baik. Dimana suara dengkuran yang didengar Fari tadi. Meja digeser, cahaya senter diarahkan. Sepi....
Bersambung
Salam Literasi
Astuti, S.Pd,M.Pd.
SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah
Komentar
Posting Komentar