Langsung ke konten utama

MASUK SMP (24)

 

 

Tahun yang dinanti telah tiba. Pada pertengahan tahun 2011 Reza, Fari, dan Rival berhasil menamatkan sekolah dasar. Satu tahap mendebarkan bagi orang tua berhasil dilewati. Melalui perjuangan panjang dan lumayan melelahkan akhirnya ketiga sahabat ini melenggang lagi ke jenjang sekolah berikutnya.

Seperti biasa pendaftaran masuk SMP dibuka ketika anak - anak SD dan MI  telah  menyelesaikan ujian akhirnya dan menunggu pengumuman lulus. Pilihan SMP lumayan banyak di kota tempat tiga sekawan tinggal. Tentunya sekolah yang hendak dipilh harus berdasarkan zona tempat tinggal. Dalam hal ini lokasi sekolah yang terdekat akan menjadi prioritas utama. Rival tetap melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah di kompleks sekolah lama. Reza dan Fari masuk ke Sekolah Menengah Pertama umum yang terdekat. Mulanya Fari ingin mengambil sekolah yang ada Muatan Lokal (Mulok) ketrampilan otomotiv. Namun, pelaksanaan tes masuk saat itu bersamaan jadwalnya. Tentu saja hal ini sangat membatasi ruang pilihan bagi calon siswa baru. Akhirnya Fari memilih sebuah SMP umum yang berbasis pesantren. Dengan demikian kegiatan ekstra keagamaan diprioritaskan. 

Ibunya Fari sangat setuju bila Fari masuk di sekolah itu. Dengan demikian Fari bisa memperdalam ilmi agama yang sudah diperoleh sebelumnya di MI. Sedangkan Reza memilih sekolah umum yang berbasis olah raga. Cocok dengan Reza yang memang juga anggota klub sepak bola Beringin Jr. 

Begitulah ketiga sahabat ini menempuh jenjang pendidikan SMP di tempat yang berbeda. Masing - masing memilih sesuia dengan minat dan bakat serta kondisi yang ada.

Namanya saja anak - anak yang baru mengalami masa pancaroba,  pasti banyak hal - hal baru yang mereka temui di lingkungan baru. Lingkungan yang baru memang membutuhkan sebuah kepribadian yang cukup untuk memasukinya.  Kondisi belajar yang berbeda, guru, dan teman baru yang berasal dari latar belakang yang beragam sering membuat sebagian anak kurang nyaman. Keadaan ini biasa menimbulkan konflik  dalam diri.. Keengganan pergi ke sekolah menjadi salah satu indikasinya.

"Fari bangun, sudah siang. Kenapa kamu tidak ke sekolah hari ini?" tanya ibunya  suatu pagi. "Malas saya ke sekolah"  Fari menarik kembali sarung yang ia pakai tidur. Ibunya mencoba membangunkan sekali lagi dengan nada yang sama. Tidak bergemimg. Malah terdengar menggerutu karena kesal. "Nasanda raraku!" Artinya "Malas saya."

"Aduh, kenapa lagi ini. Ada masalah apa lagi di sekolah? Baru masuk sekolah sudah mulai malas seperti ini," ibunya Fari membatin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...