Langsung ke konten utama

DI PONDOK (27)

 

 Keinginan Fari untuk ikut bersama Reza pun terkabul. Setelah mengadakan persiapan dana khususnya, akhirnya ia tetap diberangkatkan ke Jawa. "Biarlah aku berkorban bagaimana pun caranya. Yang penting anakku sekolah dan bisa jadi orang yang berguna" Ibunya sangat menyayangi Fari karena ia anak lelaki terkecil dari empat bersaudara. Perilakunya memang agak lain dari saudara  - saudaranya. Tidak bisa kasar bila menghadapi Fari.

Alangkah girangnya Reza melihat Fari datang menyusulnya di pesantren. Tempat baru yang sungguh masi asing bagi mereka berdua. Asing dalam segala hal. Mulai tidur, makan, mandi dan aktivitas pesantren lainnya semua sangat baru bagi mereka yang berasal dari dunia bebas di kampung sendiri. Sehari dua hari mereka berdua masih girang. Masa adaptasi bagi seorang anak remaja seperti mereka pada awalnya nampak biasa saja. Entahlah pada minggu - minggu berikutnya. Biasanya, setelah kurang lebih satu bulan, ketahanan mental mulai diuji oleh keadaan yang sesungguhnya.

Satu hal yang paling membuat Reza dan Fari asing adalah selera makan. Mereka berdua terbiasa makanan ala orang Kaili yang pedas dan kental. Semua serba pedas. Kecuali nasi yang tidak pedas. Sebaliknya makanan Jawa cenderung manis. Herannya bila mimum teh rasanya pahit tanpa gula. "Waduh, ini bagaimana punya," pikir mereka berdua. Sebagai perantau yang masih baru maka dibutuhkan ketahanan mental yang super agar bisa bertahan dengan segala tata aturan yang berlaku khususnya di pondok pesantren.

Meskipun bukan tergolong pesantren besar seperti di Gontor atau Tasikmalaya, namun pesantren tetaplah pesantren . Jadwal bangun di malam hari untuk Qiyamu Lain dan Tadarus adalah hal biasa bagi anak pesantren.  Bagaimana kenyataannya dengan Reza dan Fari?  Sanggupkah mereka menjalani kondisi dadakan yang hadir di depan mata?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...