Langsung ke konten utama

MASUK SEKOLAH

 

 

 Semenjak  kejadian itu, Reza belum diizinkan oleh kedua orang tuanya untuk bermain. Untuk sementara Reza hanya boleh menemani ayahnya bekerja di rumah. Peristiwa menegangkan hampir semalam di tepi sungai tidak akan pernah luput dari ingatan mereka semua. Apalagi sang nenek, beliau kerap mengulang ulang drama mendebarkan yang berlangsung kira - kira seminggu yang lalu itu. Biarlah Reza untuk sementara dekat sama kedua orangn tuanya agar bisa diawasi, pikir nenek Sadiyah.

Tidak terasa libur sekolah hampir usai. Tinggal beberapa hari lagi mereka akan masuk sekolah seperti biasa. Aktivitas bermain pun bagi anak - anak sedikit dikurangi. Orang tua agak membatasi karena biasanya kalau kelamaan libur sekolah seperti ini, rasa malas masih ikut terbawa  hingga sekolah. Usai shalat berjamaah di masjid,  Rival dan Fari langsung pulang ke rumah masing - masing. Apalagi Reza juga kan masih dalam tahap karantina rumah. Memang hewan apa? Pake istilah karantina segala.

Pada hari Sabtu di akhir pekan liburan, Fari sudah menyiapkan peralatan sekolah yang serba baru. Maklumlah, kelas baru, tahun ajaran baru pasti alat sekolah bahkan sepatu pun sering baru. Dua hari yang lalu ibunya Fari memang sudah membelikan satu set peralatan tulis menulis dan satu pak buku tulis untuk Fari. Ketika sore hari usai bermain bola di lapangan bola mini, Fari singgah ke rumah Rival. Perangkat sekolahnya juga tidak kalah siap dengan milik Fari. Bersaing nih, ceritanya. 

Memang begitulah anak - anak selalu harus diberi semangat untuk terus belajar. Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya tersenyum bangga dengan peralatan sekolah serba baru ketika bertemu kawan - kawannya di sekolah pada hari pertama masuk. Hampir semua seperti itu. Itulah salah satu bentuk kebahagiaan masa kecil, terutama bagi anak - anak di kampung.

Hari Senin pagi sekolah Madrasah yang ada di pinggir jalan besar kampung mulai ramai. Ada yang berangkat sendiri dan ada pula yang harus ditemani oleh orang tuanya, terutama siswa kelas satu yang baru masuk. Tampak Fari dan Rival serta beberapa teman yang lain berjalan beriringan memasuki gerbang sekolah. 

Namun, Fari dan Rival masih berdiam di samping pos jaga depan sekolah. Terlihat mereka menunggu seseorang. Berulang kali Rival dan Fari bergantian melihat ke jalan besar. Karena bel sudah berbunyi mereka berdua langsung masuk ke halaman sekolah untuk apel pagi seperti biasa.

Salam Literasi Persahabatan

Astuti, S.Pd, M.Pd.

SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...