Langsung ke konten utama

TANTE MINA (33)

"Ini untuk kamu semua," kata tante Mina sambil menyodorkan satu piring pisang goreng panas. Nampak anak - anak berebutan untuk membersihkan piring pisang goreng yang terbuat dari bahan kaleng itu. Prang...bunyi piring seng jatuh ke lantai. "Hayi dodo...siapa tadi yang kasih jatuh piring, dimarah tante Mina," ucap Reza sambil berdendang kayak seorang penyanyi top. "Tidak apa - apa, bawa kemari piring itu Fari!. Tunggu ada yang masak saya kasih kamu lagi. Jangan baku rampas," tante Mina bicara perlahan. Anak - anak terus melanjutkan mengunyah pisang goreng dengan lidah bergoyang saking panasnya di lidah.

Tante Mina seorang perempuan jomblo yang punya jiwa sosial dan kepedulian yang patut dicontoh. Pekerjaannya sehari - hari hanya ke kebun pada pagi hari dan pulang sebelum waktu Dzuhur tiba. Ia sangat suka memasak terutama makanan pendamping di sore hari. Kelebihannya tante Mina tidak pernah makan sendiri masakannya. Ia suka berbagi pada para tetangga atau mereka yang kebetulan sedang mampir ke rumahnya.

Bila mangga di depan rumahnya berbuah, maka semua tetangga akan diberi. Kalau memang buahnya banyak baru dijua lke pasar.  Demikian juga dengan hasil kebun yang lain seperti pisang dan buah kelapa, Semua akan dibagi pada saudara yang ada di dekat rumahnya.

Setiap hari ia akan memasak nasi dan lauk pauk lengkap. Bila ada yang singgah sebentar di rumahnya, maka semua akan disuguhi makan. Ia akan mempersilahkan mereka untuk mengambil sendiri layaknya di rumah sendiri.

Para saudara dan tetangga yang kehabisan air minum atau air untuk kepeluan sehari - hari sering datang ke dapurnya yang cukupluas itu untuk mencuci dan mandi. Apalagi bila listrik mati, maka rumah Mina akan jadi sasaran untuk mandi dan mencuci. 

'Mandiu kami Mina," teriak Mama Ulan tetangganya (kami mau mandi Mina). "Pesua ri avu, anu mbotomo ritu. Ledo nakuya," jawab Mina dari dalam rumah (masuk saja di dapur. Silahkan. Tidak apa - apa)

Bila tante Mina punya keperluan dan menyuruh anak - anak, maka uang jalan selalu ada. Itulah sebabnya ia sangat disenangi oleh anak - anak yang kebanyakan adalah anggota keluarga sendiri.

Banyak saudara yang punya penghasilan tetap sering memberinya sedikit uang simpanan. Namun, tetap tante Mina membagi kembali uang itu pada anak - anak atau orang lain yang juga membutuhkan. Padahal dirinya juga sebenarnya butuh, karena ia tidak menjadi seorang pegawai atau karyawan kantor yang punya penghasilan tetap. Alangkah mulia hatinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...