Langsung ke konten utama

UJI NYALI (2)


 

Seperti biasa dalam suasana kampung yang masih asli, dimana penduduknya belum banyak  bercampur dengan para pendatang, acara kongko kongko alias nolibu sering dilakukan terutama setelah shalat Isya. Masyarakat yang agamis namun belum bisa  terlepas dari kebiasaan para orang tua dahulu. Kepercayaan akan adanya kekuatan gaib yang melekat pada para pendahulu memang masih dipegang erat. Sebenarnya penerus anu ntotua ini  tidak banyak lagi jumlahnya.  Namun  demikian tingkat kepercayaan masyarakat masih sangat kuat akan hal itu.  Bila hendak turun melakukan sebuah pertandingan, misalnya pertandingan  bola antar kampung, maka ritual pelepasan itu selalu ada. Acara itu dipimpin oleh mereka yang dianggap masih menjadi penerus anu ntotua tadi. Believe or not hal iti memang selalu dilakuka.

Pada suatu malam, di teras rumah Rival ada beberapa orang bapak - bapak muda  yang berkumpul notangara.  Dari dalam Rival memasang kuping sambil menonton televisi di ruang tamu. Volume suara  televisi sengaja dikecilkan agar rekaman pembicaraan  mereka jelas terdengar. "Iye, maile bongi hau kita ribivi nggarona," kata seorang dari mereka dalam bahasa Kaili. Artinya "Iya besok malam kita pergi lagi di tepi sungai"  Rival mulai menangkap arah pembicaraan mereka. Berarti mereka ada rencana ke tepi sungai pada suatu malam. "Akan kusampaikan info penting ini pada kedua sahabatku agar kami bisa mempersiapkan diri,"  kata  Rival dalam hati.

Ya, benar saja. Mereka ternyata akan mengadakan sebuah pertandingan bola di kampung ini. Pertandingan itu akan diikuti oleh kesebelasan yang tangguh dan tidak main main dari beberapa kampung di sekitarnya. Menurut alur pembicaraan yang Rival dengar, bahwa mereka akan minta restu pada para pendahulu di tepi sungai. mereka akan berdialog agar acara tersebut berjalan lancar. Yang paling utama adalah kesebelasan tuan rumah bisa menunjukan prestasi.. Para pemain akan diberi bekal. "Wah, bisa seru ini,"  Rival langsung berdiri  dan menekan tombol off televisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...