Langsung ke konten utama

JUMAT BERSIH (35)

 "Kamu dua sampai di ujung pintu selatan menyapu," teriak Reza dari arah pintu utara. Mereka bertiga dan beberapa anak yang lain tengah membersihkan masjid Nurul Yaqin di pagi Jum'at. "Eh, sudah Reza. Kami sudah bersihkan dari dalam sampai teras luar ini," jawab Fari sambil terus menggosokkan kain pel di sudut pintu yang nampak berdebu itu. Mereka semua tengah mendapat tugas membersihkan masjid pada minggu kedua awal bulan September.

Memang di masjid yang terbangun atas swadaya masyarakat lingkungan sekitarnya itu, diberlakukan sistem jadwal pembersihan masjid pada kegiatan Jum'at bersih setiap minggunya.Sehingga tiga bocah sekawan pun mendapat giliran yang sama dengan anak - anak anggota pengajian yang lainnya.

Layaknya anak - anak seusia mereka, bila disuruh kerja tanpa diawasi pasti ada - ada saja yang akan mereka kerjakan di luar apa yang diperintahkan. Entah itu saling mengejar atau juga saling siram sampai basah - basaha kayak orang kehujanan.

Sekitar jam 09.30 pagi pekerjaan mereka semua sudah selesai. Tinggal mengangkat karpet yang tadi dijemur dan dibersihkan di teras masjid. "Hey...sini kamu dua orang! bantu dulu kami baangkat ini ke dalam biar tidak kotor lagi," teriak Rival pada dua anak yang lain. Berempat mereka berusaha menggotong karpet masjid yang cukup panjang itu. Dirapikan kembali posisinya seperti semula.

Mimbat tempat khatib berkhotnah Jum'at juga tidak luput dari sapuan lap basah dan semprotan pengharum. Kitab suci Al-qur'an disusun rapi pada rak sesuai dengan kode nomor yang ada. Sehingga mudah untuk mengambilnya dan menghitung kembali jumlah semuanya.

Alhamdulillah di masjid itu banyak Al-qur'an baru yang disumbangkan oleh para donatur yang berhati mulia untuk memuliakan kitab suci di kalangan anak - anak. Sebab di masjid ini terdapat taman pengajian yang dikelolah oleh imam masjid bersama para pembina di pesantren Muhammadiyah yang juga terletak di sekitarnya.

Akhirnya pada pukul 10 pagi lewat sedikit tiga bocah sekawan dan beberapa anak pengajian meninggalkan masjid. Mereka pulang ke rumah masing - masing untuk persiapan shalat Jum'at hari itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SEKAWAN

                 Reza, Fary, dan Rival adalah tiga bocah yang tinggal di sebuah desa. Nama desa itu adalah "Desa Nunu". Entah bagaimana ceritanya sehingga desa itu diberi nama demikian. Selintas info yang dilansir dari para totua (orang tua) yang masih hidup,  bahwa pada zaman dahulu di tepi desa itu di sebuah perbukitan hidup sebuah pohon raksasa. Namanya dalam bahasa setempat adalah "Nunu". Kini baru diketahui ternyata"Nunu" itu adalah "pohon Beringin".         Usia  para bocah itu sekitar 9   dan 10 tahun. Mereka sekolah di sebuah madrasah di desanya kelas tiga. Yang unik adalah ketiga bocah cilik alias bocil ini sesungguhnya tidak tinggal berdekatan meskipun masih satu kampung. Reza tinggal di seberang timur sungai, Fary dan Rival di tepi sungai bagian barat. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa berteman dan bermain bersama?        ...

KEPERGOK

           Aku dan Oriza teman sebangku. Oriza manis, berperawakan agak pendek berisi dan berkulit putih. Matanya cenderung kecoklatan. Rambutnya sebahu dan agak bergelombang. Istilah kami "rambut ba holven. " Temanku ini punya pembawaan yang luwes sehingga banyak cowok yang naksir dia. Baik itu teman sekelas atau kelas lain. Bisa dikatakan idola begitu.           Usai Magrib Oriza datang ke rumahku untuk memberitahu agar besok saya siapkan baju ganti dari rumah. Katanya kami mau nonton ke bioskop dan dia yang akan bayar harga tiket.Ow, why not, dengan senang hati pikirku. "Besok, sebelum ke bioskop kita ke rumahku dulu pamit sama mamaku", ujar Oriza. "Bilang kita pergi belajar kelompok begitu",  Oriza  menjelaskan dan aku pun hanya terdiam. Aku terus berpikir malam itu karena ada skenario yang harus aku jalankan esok.           Seusai sekolah lakon yangtelah...

Anisa

           Di perusahaan itu hanyalah Ranti yang paling mengerti dirinya. Kepribadian Anisa yang cenderung tertutup membuat banyak karyawan lain kurang bergaul dengannya. Ranti memang sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan pengolah rotan tersebut. Sedangkan Anisa baru masuk sekitar enam bulan yang lalu. Sebenarnya Ranti tidak begitu sreg bergaul dengan Anisa. Bila diajak sering menolak. Bila tidak diajak kasihan, dia seorang diri.           Pada suatu pagi Anisa datang lebih dahulu di tempat bekerja. Ketika Ranti datang, dia mendapatkan Anisa hanya duduk termenung di sudut teras perusahaan. Kebetulan masih pagi benar, ruang absen belum juga dibuka oleh pak Idin, security yang bertugas mengurus absen harian para karyawan. "Kamu kenapa Nis, kok pagi pagi sudah melamun begitu?" tanya Ranti. Anisa menggeleng tanpa ekspresi. Nampak dari sorot matanya ada sesuatu yang disembunyikan. Ranti tidak melanjutkan pe...